(Untuk memahami tulisan ini secara utuh, perlu membaca dari seri Pertama Refleksi Akhir Tahun).
Seberapa besar kontribusi Produk Domestik Regional (PDRB) P Lombok Vs P Sumbawa terhadap PDRB Provinsi NTB ? dalam gambaran sederhana dapat dikatakan apa yang terjadi bila NTB tanpa tambang ? Maka pertumbuhannya akan anjlok di titik paling nadir di antara provinsi lain di Indonesia.
Ingat pada pada akhir 2023 ekonomi NTB berada di urutan buntut, nomor 2 dari paling belakang, padahal sebelumnya tumbuh di urutan menengah dan tiba-tiba anjlok, lalu naik lagi 2024 Triwulan III Apa sebabnya?
Bahwa pada pertengahan 2023, ijin ekspor konsentrat tambang PT AMNT dipending pemerintah kaitannya tersendatnya progress pembangunan smelter. Akibatnya akhir 2023 statistik mendeksi pertumuhannya hanya 1,8 % urutan buncit di antara provinsi lain. Setelah perpanjangan ijin ekspor sekitar Juli/Agustus, triwulan III 2024 telah tercatat tumbuh 6,22 % di atas rata-rata Nasional 4,91 %. Ekonomi NTB sangat fluktuatif dan tergantung pada irama napas bisnis PT AMNT.
Bagaimana bila 2,3 dan 4 beroperasi secara normal dengan kapasitas yang tidak kecil ditambah lagi pabrik pengolana (smelter) pasti dampaknya besar terhadap lapangan kerja, pajak, PNBP dan Dana Bagi Hasil (DBH) yang juga diterima kabupaten dan kota lain dalam lingkup NTB. Provinsi ini belum mampu melepaskan diri dari kedigdayaan tambang. Ekspor 95% bahan tambang, bidang pengoalan/ manufactur baru 4,67 % pariwisata 1,73 %.
Dalam hihitungan angka, produk Domestik Regional Bruto (PDRB) NTB 2023 sebesar Rp 166 triliun (BPS 2023). Kontribusi tambang Rp 29.9 Triliun nomor dua setelah pertanian Rp37 triliun. Lebih dari separuh total PDRB disumbang dua bidang ini. Sisanya puluhan sub bidang lain nilainya relatif kecil-kecil. Bila NTB tanpa tambang maka hilang Rp 29,29 Triliun. Artinya pula PDRB kecil dibagikan dengan jumlah penduduk sudah pasti pendapatan perkapita masyarakat akan anjlok sedemikian rupa.
Dari angka Rp 166 triliun itu berapa besar disumbangkan dari Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok yang sama-sama punya 5 kabupaten kota, masing menyumbang 44.7 % (P Sumbawa) dan 55.3 % (P. Lombok). Bidang yang cukup signifikan dari Pulau Lombok adalah Perdagangan dan Eceran. Bisa dimaklumi karena ibukota provinsi dan pusat perdagangan regional.
Sektor pertanian, kendatipun lebih luas di Pulau Sumbawa tetapi produktivitas rendah (rata-rata 1 kali setahun panen) karena masalah air. Maka khusus bidang ini produktivitas pertanian P Lombok masih berada di atas Pulau Sumbawa. Bendungan-bendungan besar di P. Sumbawa yang dibangun dengan nilai triliunan duit APBN belum efektif memberikan hasil, kabarnya masih ada masalah saluran primer dan tersier yang belum beres. (Mada Gandhi)